Hallo semuanya, aku lagi rajin
bikin review buku nih hehehe. Kali ini aku mau review satu buku terbitan “Penerbit Spring” yang emang udah di
list TBR sejak lama yaitu Simon vs.The
Homo Sapiens Agenda karya Becky Albertalli.
ISBN: 6026044302
ISBN13:
9786026044303
Penulis:
Becky Albertalli
Tanggal
Terbit Indonesia: 6 Januari 2017
Penerbit
Indonesia: Penerbit Spring
Penerjemah:
Brigida Ruri
Penyunting:
Salsa Chintya
Proofreader:
Seplia
Desain
Cover: Marla Putri
Halaman:
324 halaman
Sinopsis:
Gara-gara lupa me-logout akun
E-mailnya, Simon tiba-tiba mendapatkan sebuah ancaman. Dia harus membantu
Martin, si badut kelas, mendekati sahabatnya, Abby. Jika tidak, fakta bahwa dia
gay akan menjadi urusan seluruh sekolah. Parahnya lagi, identitas Blue, teman
yang dia kenal via E-mail akan menjadi taruhannya.
Tiba-tiba saja, kehidupan SMA
Simon yang berpusat pada sahabat-sahabat dan keluarganya menjadi kacau balau.
Review:
jadi begini ceritanya……
Buku ini
tanpa basa-basi langsung diawali dengan kecerobohan Simon yang membuatnya harus
rela diperas oleh Martin Addison untuk mendekatkan Abby dengan Martin. Martin
menginginkan dia dilibatkan dengan berbagai kegiatan Simon dengan teman-temannya
dan terutama Abby. Simon memilki tiga sabahat, yang pertama Nick sahabatnya
dari umur enam tahun, dia seorang Yahudi dan pandai bermain gitar, kemudian ada
Leah sahabatnya dari kelas enam, dan Abby sahabat barunya yang baru empat bulan
pindah dari DC. Simon tau dua sahabat perempuanya naksir Nick, Nick sendiri
terlihat naksir Abby dan hal itu membuat Leah cemburu dan selalu membuat tegang
suasana. Membuat Abby naksir Martin mungkin akan mengembalikan suasana pada
semula.
Namun semua tidak berjalan dengan
mudah tentunya, Simon harus berusaha menempatkan Martin pada momen yang tepat
dengan teman-temannya. Seperti mengajak Martin ke pesta yang akan dia dan
teman-temannya datangi.
Coming-out sendiri bukan masalah yang ditakuti oleh
Simon, namun ia ingin melakukannya pada waktu dan cara yang tepat. Dan ia
sendiri tidak ingin menyakiti perasaan dan mengancam identias teman e-mailnya
Blue dengan tersebarnya e-mail mereka. Blue menjadi bagian yang penting bagi
kehidupan Simon, karena awalnya hanya Blue yang mengetahui bahwa Simon gay dan Blue menjadi tempatnya berbagi.
Simon menemukan Blue dari tulisan karyanya yang diposting pada akun gosip
sekolahnya di Tumblr. Blue dan Simon
bersekolah di sekolah yang sama, namun tidak saling mengetahui identitas
masing-masing, karena keduanya sama-sama mengunakan nama samara.
Misteri identitas Blue sendiri
jadi hal yang sangat menarik untuk ditelusuri. Namun sayang oh sayangnya aku
udah kena spoiler duluan tentang identitas asli Blue. Inilah masalah utama jika
kita membaca buku yang telah atau akan di adaptasi kedalam film. Suatu hari aku
melihat postingan entah siapa aku lupa di instagram, postingan berupa foto Becky Albertalli bersama dua
cast dari film yang diadaptasi dari buku ini. Tapi ini juga tetap jadi
menarik, karena aku tahu identitas Blue jadi setiap Simon dan Blue berinteraksi
di dunia nyata rasanya jadi gregetan sendiri.
jadi begini cerita ini menurutku….
Ini adalah buku bertema LGBT kedua yang kubaca, buku yang pertama adalah buku karya John Green dan David Levithan yang berjudul Will Grayson, Will Grayson. Simon dan Blue sedikit mengingatkan ku dengan Will Grayson versi David Levithan karena hubungan daring mereka, namun untungnya tidak berakhir mengenaskan seperti hubungan Will Grayson. Dan lucunya seting keduanya sama-sama di Chicago.
Aku sendiri sangat menyukai buku
yang memiliki bentuk surat, e-mail, chat ataupun teks sms didalamnya, jadi
membaca e-mail antara Simon dan Blue terasa menyenangkan. E-mail mereka sangat
manis dan cara mereka saling flirting sangat
imut. Blue dan Simon sama-sama belum coming-out dan Becky memberikan cara
pandang atas perasaan mereka menuju saat coming-out terasa sangat realistis.
“… apa kau tidak berpikir bahwa setiap orang seharusnya memberitahukan orientasi seksual mereka? Kenapa heteroseks dianggap default? Setiap orang seharusnya mengumumkan dengan satu cara atau lainnya. Pemberitahuan ini harusnya menjadi hal besar yang sangat canggung, tak peduli hetero, gay, bi, atau apa pun.” 156-157
Menurutku karakter Simon
mengalami pengembangan dari awal cerita ke akhir cerita. Dan dia tergambarkan
sebagai karakter yang cukup realitis, dengan berbagai sikap dan keputusannya,
serta fantasinya (nggak tau bahasanya seperti apa, tapi gambaran perasaan ketika
Simon naksir seorang cowok yang dia duga Blue, terasa nyata dan seperti adanya
kalau kita sedang naksir seseorang, apa ya namanya…). oya obsesi Simon dengan orea sangat akut, itulah kenapa banyak oreo di sekitar Simon pada kover buku ini. Selain Simon dan Blue
karakter lain yang ku sukai adalah Leah, sikapnya saat tersisihkan dari
sahabat-sahabatnya, sakarsmenya, terasa relatable
banget sih.
Simon memilki dua sudara perempuan, Alice kakaknya yang sedang menjalani tahun pertama kuliahnya di Wesleyan dan adiknya Nora yang juga satu sekolaah dengannya. Orang tua Simon, menurutku seperti kebanyakan orang tua yang kepo dan suka membesar-besarkan setiap perubahan kecil yang dilakukan oleh anak-anaknnya. Namun keluarga Simon sangat supportif, dan dekat satu sama lain, bahkan sangat pengertian.
Simon memilki dua sudara perempuan, Alice kakaknya yang sedang menjalani tahun pertama kuliahnya di Wesleyan dan adiknya Nora yang juga satu sekolaah dengannya. Orang tua Simon, menurutku seperti kebanyakan orang tua yang kepo dan suka membesar-besarkan setiap perubahan kecil yang dilakukan oleh anak-anaknnya. Namun keluarga Simon sangat supportif, dan dekat satu sama lain, bahkan sangat pengertian.
Sudut pandang buku ini sudut
pandang orang pertama yaitu sudut pandang Simon. Konflik dari buku ini di mulai
dari awal buku dan dari awal sampai akhir buku ini memberikan berbagai konflik
kecil antar karakter dan menurutku membuat buku ini tidak membosankan. Buku ini
mudah di baca, tipe fast reading dan tipe
buku yang membuat enggan menurunkannya sebelum berakhir. Buku ini memilki akhir
yang manis. Penuh syukur aku pada sang penulis yang memberikan kesan yang sangat
manis pada akhir buku ini, tak hentinya aku senyum-senyum setelah membaca buku
ini. Apalagi sambil scrolling Tumblr untuk mencari-cari review dan gambar-gambar buku ini, makin
senyum-senyum nggak jelas aku.
Menurutku, jika kalian bisa
memahami isu sensitif buku ini terlebih dahulu, bisa di pastikan kalian akan
membaca buku ini dengan mudah dan akan cenderung menyukai buku ini. Namun bila
tidak tidak apa-apa kok, karena memang
setiap orang punya cara mereka masing-masing untuk menyikapi isu ini. Aku sangat
bangga dengan Penerbit Spring yang
mau mengangkat buku ini ke meja mereka dan menerjemahkan buku ini dengan baik,
padahal pasti mereka tau bahwa ini tidak mudah dan beresiko. Aku berharap (entahlah,
mungkin ini terlalu muluk-muluk) akan ada buku dengan tema seperti ini atau
dengan tema diversity lebih banyak di terjemahkan oleh penerbit di Indonesia. Aku
sangat menantikan buku Mackenzi Lee,
Adam Silvera, atau buku lain dari Becky Albertalli, serta aku
masih sangat menantikan Carry On dari Rainbow Rowell.
Aku memberikan rating 4,5/5
hohoho
p.s: label novel dewasa dibuku
ini kurasa selain karena butuh kedewasaan untuk membaca bu ini tapi juga karena
ada beberapa kata yang cukup eksplisit.
.
.
.
.
.
Tentang filmnya….
Ini spoiler sih, spoiler cast berarti spoiler pemain Blue dong,
jadi stop scroll jika kalian tidak suka spoiler yaa….
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kurasa film yang di adaptasi dari
buku ini telah selesai produksi dan tinggal menantikan tanggal tayangnya pada
bulan Maret tahun 2018. Judulnya pun bukan Simon vs.The Homo Sapiens Agenda
namun Love, Simon.
Untuk cast-nya, aku sungguh ingin
menangis karena bahagia melihat para cast saking bagusnya.
Aku copy list pemain
Love, Simon dari Tumblr Becky
Albertalli hehe:
· Nick Robinson (Simon Spier), untuk ketiga kalinya Nick membintangi film adaptasi novel young adult di rumah produksi yang sama, dia tampan dan aktingnya juga bagus jadi jangan bosan ya
· Alexandra Shipp (Abby Suso)
· Katherine Langford (Leah Burke) dan Miles Heizer (Cal Price) Yeeiii ada dua cast kesayanganku dari serial 13 Reasons Why
· Jorge Lendeborg Jr. (Nick Eisner)
· Keiynan Lonsdale (Bram Greenfeld) jika kalian pengemar serial Flash pasti tau dong pemain Wally West atau Kid Flash, Keiynan sendiri sudah Coming-out sebagai Bi. Btw dia juga pandai bernyanyi loh, bisa di cek di akun YouTube miliknya. KeiynanLonsdale YouTube
· Logan Miller (Martin Addison)
· Jennifer Garner (Emily Spier/Simon’s mom), demi apapun Jennifer Garner, ini luabiasa.
· Colton Haynes (Kevin /di dalam buku dia bernama Peter), jika kalian pengemar serial Arrow atau Teen Wolf, kalian pasti tidak asing dengan Colton.
· Josh Duhamel (Jack Spier/Simon’s dad), mungkin kalian mengenalnya dari franchise Transformer.
· Talitha Bateman (Nora Spier)
· Natasha Rothwell (Ms. Albright)
· Tony Hale (Mr. Worth)
· Mackenzie Lintz (Taylor Metternich)
· Drew Starkey (Garrett Laughlin)
· Nick Robinson (Simon Spier), untuk ketiga kalinya Nick membintangi film adaptasi novel young adult di rumah produksi yang sama, dia tampan dan aktingnya juga bagus jadi jangan bosan ya
· Alexandra Shipp (Abby Suso)
· Katherine Langford (Leah Burke) dan Miles Heizer (Cal Price) Yeeiii ada dua cast kesayanganku dari serial 13 Reasons Why
· Jorge Lendeborg Jr. (Nick Eisner)
· Keiynan Lonsdale (Bram Greenfeld) jika kalian pengemar serial Flash pasti tau dong pemain Wally West atau Kid Flash, Keiynan sendiri sudah Coming-out sebagai Bi. Btw dia juga pandai bernyanyi loh, bisa di cek di akun YouTube miliknya. KeiynanLonsdale YouTube
· Logan Miller (Martin Addison)
· Jennifer Garner (Emily Spier/Simon’s mom), demi apapun Jennifer Garner, ini luabiasa.
· Colton Haynes (Kevin /di dalam buku dia bernama Peter), jika kalian pengemar serial Arrow atau Teen Wolf, kalian pasti tidak asing dengan Colton.
· Josh Duhamel (Jack Spier/Simon’s dad), mungkin kalian mengenalnya dari franchise Transformer.
· Talitha Bateman (Nora Spier)
· Natasha Rothwell (Ms. Albright)
· Tony Hale (Mr. Worth)
· Mackenzie Lintz (Taylor Metternich)
· Drew Starkey (Garrett Laughlin)
Yang menjadi kekhawatiranku adalah sang rumah produksi 20th Century Fox, kenapa? Karena beberapa adaptasi buku Young Adult ke film dari rumah produksi ini cukup mematahkan hatiku. Seperti film adaptasi The Maze Runner walaupun sukses dipasaran tetap saja ada lubang dihatiku karena beberapa hal tidak sesuai buku, The 5th Wave yang juga di bintangi Nick Robinson sangat sangat membuatku kecewa. Namun yang terakhir ini rilis Everything, Everything yang juga di bintangi Nick walaupun tidak begitu Boom dan memenangkan hati kritikus, film ini bisa dibilang cukup manis dan mengambarkan cerita pada buku walaupun tidak sampai membuatku benar-benar jatuh hati ke film ini.
Mari berdoa semoga 20th
Century Fox tidak lagi mematahkan hatiku. Semoga 20th Century Fox
bisa membuat film ini hebat sehebat film adaptasi sukses mereka seperti The
Revenant, Life of Pi, serta The Martian (okay, ini terlalu berlebihan karena
aku meminta Oscar pada mereka 😂)
Beberapa waktu lalu Becky Albertalli menjawab FAQ
mengenai film Love, Simon, di akun tumblr miliknya https://beckyalbertalli.tumblr.com/
Dan ada satu pertanyaan yang
menurutku sangat penting yaitu:
Q: Is LOVE, SIMON a faithful adaptation of SIMON VS THE HOMO SAPIENS AGENDA?
A: It really is. I had the opportunity to see an early version of the film, and it blew me away. It’s not a scene-by-scene adaptation of the book (nor would we want it to be), but it’s very similar, and it perfectly captures the heart of Simon’s story. I’m completely in love with this adaptation, and I know my readers will be thrilled with it.
Yah jadi
siap-siap dengan segala kemungkinan yang ada semoga ini akan jadi film yang
hebat dan tentunya menyebarkan awareness dan tentunya menyebarkan cinta.
Xoxo
Jecki
Ending film ama novel berbeda....
BalasHapus