Review Trilogy Summer (The Summer I Turned Pretty, It’s Not Summer Without You, dan We’ll Always Have Summer) karya Jenny Han
Hallo semuanya, sudah lama saya tidak membuat review buku nih, nah
mumpung sekarang sedang ada waktu dan niat akhirnya saya bikin review tilogi Summer karya dari Jenny Han.
Pasti udah banyak yang tau Jenny Han dari dari trilogi “To All the Boys I’ve Love Before” kan,
nah lama sebelum trilogi tersebut diterbitkan pada tahun 2009 Jenny Han sudah
menerbitkan trilogi Summer ini. Trilogi Summer ini terdiri dari “The Summer I Turned Pretty, It’s Not Summer
Without You”, dan We’ll Always Have
Summer” sepertinya jenny han paling ahli dalam judul-judul panjang ya
hehe. Di Indonesia sendiri dua buku pertamanya diterbitkan pada tahun 2012
dan buku ketiga pada tahun 2013 oleh Penerbit
Gradient Mediatama. Saya menemukan ketiga buku tersebut dari sebuah obral
buku dengan harga Rp. 15.000,- saja. Karana memang terbitan lama dan mungkin
kurang boom di pasaran Indonesia maka akan susah menemukannya di toko buku, dan
hanya bisa di temukan di obral buku. Dari segi cover sendiri, aku rasanya
pengen nangis 😥, sebenarnya sih manis
manis aja covernya tapi kacamata hitam besar yang dipakai mbak-mbak yang ada di
cover cukup bikin cringe. Saking cringe-nya, akhirnya kutempeli muka mereka pakai
stiker hehe, maaf ya mbak.
Review buku pertama: The Summer I Turned Pretty
Sinopsis: Seorang Gadis.
Dua orang pemuda.
Dan. musim
panas yang mengubah segalanya.
Belly telah memuja
Conrad semenjak ia dapat mengingat hal itu. Namun, Jeremiah lebih lugas dalam
mengutarakan isi hatinya. Di antara keduanya, hadir Cam –seseorang yang muncul dengan perhatian mendalam di masa
kecil mereka.
Apakah musim panas
kali ini akan menjadi musim panas berbeda yang akan mengubah segalanya?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita pada
buku ini terpusat pada empat karakter utama yaitu Belly, Conrad, Jeremiah, dan
kakak Belly Steven. Belly digambarkan sebagai gadis yang cenderung manja dan
perasa, Conrad adalah tipe-tipe cowok cool dan tertutup sedangkan Jeremiah tipe
cowok yang lebih ceria, blak-blakan, serta penuh perhatian, dan Steven seperti
gambaran kakak laki-laki pada umumnya.
Sudut pandang
yang digunakan merupakan sudut pandang orang pertama yaitu sudut pandang Belly
Dengan alur maju-mundur, pada buku pertama ini masih berpusat pada
latar belakang Cousins dan cerita apa saja yang telah keempat remaja ini lalui
dari tiap musim panasnya, bagaimana perasaan Belly terus berkembang pada
Conrad, serta momen momen musim panas yang telah mereka lalui. Ketika para anak
memalui drama mereka, para ibu –Laurel dan Susannah lebih sering menghabiskan
waktu berdua.
Buku ini sebenarnya ringan untuk dibaca, dari segi bahasa dan
terjemahannya walaupun tidak sempurna tapi masih wajar dan tidak lah susah untuk
diserap, namun saya sendiri perlu membiasakan dengan karakter Belly, yang
kadang terasa terlalu manja bagi saya.
Konflik dalam buku ini mulai terlihat di pertengahan buku ketika
Belly bertemu dan dekat dengan Cam teman lama dari kelas bahasa Latin. Selama kebersamaan
Belly dengan Cam dapat terlihat bahwa selama ini Belly begitu terasa penting
bagi ketiga anak laki-laki Cousins. Mereka seakan cemburu dengan perhatian Belly
yang terbagi ke anak lain. Begitu pula dengan Laurel dan Susannah yang merasa
Belly terlalu sering menghabiskan waktu dengan Cam dibanding dengan mereka. Belly
sendiri masih bergulat dengan perasaannya pada Conrad yang begitu kuat, dan
terus saja merasa cemburu tiap Conrad dengan gadis lain padahal dia sendiri
tengah dekat dengan Cam. Menurutku Conrad lumayan angin-anginan, kadang begitu
manis kadang sangat menyebalkan dan tipe yang terlalu berhati-hati soal
persaannya dengan Belly.
Pada bagian bagian akhir buku masalah utama mulai terasa jelas dan
cenderung mengubur dan menjadikan cerita Belly-Cam. Rumitnya masalah yang
tengah di alami Susannah dan anak-anaknya menurut saya memiliki kekuatan lebih dalam
buku ini dibandingkan dengan konflik di awal buku. Dan tentunya menuntut kita
untuk membaca buku keduanya.
Saya sendiri memberi nilai 3/5 bintang.
***
Review
buku kedua dan ketiga It’s
Not Summer Without You, dan We’ll
Always Have Summer dengan penuh
spoiler:
Saya nggak tau bagaimana mau review tanpa spoiler buku sebelumnya
hahaha, jadilah ini isinya spoiler semua saja sekalian. Jadi kalau kalian yang
anti spoiler bisa langsung scroll aja di bagian sinopsis, hehehe.
It’s Not Summer Without You
Sinopsis: Seorang gadis. Dua lelaki
bersaudara. Kepada siapa ia akan melabuhkan hatinya?
Hari-hari untuk bermalas-malasan bagi Isabel
(Belly), telah usai. Musim panas panjang yang hangat di rumah pantai sahabat
keluarganya, telah berakhir. Musim panas kali ini, menjadi musim panas yang
berbeda.
Conrad, lelaki impian seumur hidup Belly,
yang kepadanya hatinya selalu tergetar, tidaklah mudah direngkuh. Suatu ketika,
lelaki itu menghilang begitu saja. Membawa serta hatinya.
Sementara Jeremiah, adik Conrad yang rupawan,
selalu menjadi sahabat terbaik Belly.Namun, benarkah persahabatan sudah cukup baginya?
Tak ada yang lebih diinginkan Belly
selain kerinduan agar segala sesuatunya tidak pernah berubah. Namun, kenyataan
hidup berbicara lain. Tak terelakkan baginya. Ia harus milih dab menempuh
persimpangan jalan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada akhir buku pertama, dengan sakitnya Susannah bisa dibilang
bahwa Belly dan Conrad menjadi makin dekat. Pada bab terakhir diceritakan pada
malam tahun baru Belly dan Conrad secara sembunyi-bunyi pergi kesuatu tempat
bersama-sama. Sungguh akhir yang manis. Namun pada akhir buku pertama tidak
dijelaskan bagaimana keadaan Susannah dan apa yang sebenarnya terjadi antara Conrad
dan Belly, apakah mereka berpacaran atau tidak.
Pada buku kedua ini tidak langsung melanjutkan akhir bab buku
pertama, tapi di awali dengan musim panas pertama Belly di rumah. Ya, belly
tidak kembali ke Cousins musim panas kali ini, tapi akan menghabiskan musim
panas bersama sahabatnya Taylor di rumah.
Tetap dengan alur maju mundur pada buku ini perlahan-lahan dijelasan
pertanyaan yang selama ini mengantung dikepalaku, yaitu tentang keadaan Susannah
dan hubungan Belly dan Conrad. Pada intinya Conrad dan Belly bersama-sama
selama enam bulan, namun keadaan tidak berjalan dengan baik di akhir hubungan
mereka. Bisa dibilang Conrad mencampakan Belly. Sedangkan Susannah akhirnya
meninggal pada awal bulan Mei. Kematian Susannah menguncang anak-anaknya, Belly
serta ibunya –Laurel yang merupakan sahabat Susannah. Laurel menjadi pribadi penutup dan banyak
mengacuhkan Belly dan Steven. Keadaan berat untuk semua orang.
Konflik berlanjut ketika pada suatu hari Jeremiah menghubungi
Belly dan mengatakan bahwa Conrad menghilang dari kampus dan meninggalkan
kelas-kelas musim panasnya, dan terancam gagal pada semester ini jika tidak
mengikuti Tes Tengah Semester. Belly yang panic mengiyakan Jeremiah ketika ia
mengajaknya untuk mencari Conrad meskipun masih menyimpan rasa sakit hati yang
mendalam atas sikap Conrad dan sekaligus malu karna sikapnya sendiri di hari
pemanakaman Susannah. Belly akhirnya
menyusun rencana untuk berbohong pada ibunya bahwa ia menghabiskan beberapa
hari bersama Taylor.
Belly dan Jeremiah tidak menemukan Conrad di asramanya dan tidak
mendapatkan informasi dari teman sekamarnya, Belly malah menemukan kalung
infiniti Conrad yang ia yakini adalah untuknya. Hingga akhirnya Jeremiah
mendapatkan informasi bahwa Conrad pergi berselancar dan bisa disimpulkan bahwa
ia kembali ke Cousins.
Maka kembalilah mereka ke Cousins dan konflik jadi terasa sangat
baik terbangun antara Belly, Jeremiah, dan Conrad. Konflik antara Belly yang
harus mengahadapi Conrad kembali setelah semua yang terjadi diantara mereka
berdua, mereka saling menghindari dan Conrad bersikap kurang menyenangkan pada
Belly. Konflik antara Jeremiah dan Belly dimana Jeremiah terang-terangan
memiliki perasaan pada Belly dan memberi begitu perhatian padanya, sikap
jeremiah pun sangat manis kepada Belly. Konflik antara Jeremiah dan Conrad,
dimana sikap Conrad yang lebih memilih menyimpan sendiri masalahnya tanpa
memberitahu sang adik, dan pastinya konflik perasaan mereka berdua terhadap
Belly.
Selain itu, mereka terancam kehilangan rumah musim panas mereka di
Cousin, dan tidak ada yang mampu menghentikan ayah Conrad dan Jeremiah untuk
menjaul rumah musim panas mereka.
Pada buku kedua tentunya konflik jauh lebih berkembang dari buku
pertama, karakter Belly juga jauh lebih berkembang dari buku pertama. Sudut pandang
dalam buku kedua ini tidak hanya Belly namun juga Jeremiah. Melalui sudut
pandang Jeremiah kita dapat melihat bagaimana dalamnya perasaannya terhadap
Belly dan bagaimana ia menghadapi kehilangan ibunya. Yang pasti buku kedua ini
jauh lebih baik.
Pada akhir buku kedua saya tak bisa berhenti geleng geleng kepala,
dan bertanya. Ini seriusan? Beneran ini? Hahaha
Saya memberi nilai buku kedua ini 4/5 bintang.
***
We’ll Always Have Summer
Sinopsis: Seorang
Gadis.
Dua lelaki tampan.
Dan keputusan terpenting
yang harus diambilnya.
Isabel (Belly) hanya
pernah jatuh cinta kepada dua lelaki, keduanya bersaudara, menyandang nama
belakang Fisher. Dan setelah menghabiskan waktu dengan Jeremiah selama dua
tahun terakhir, ia hampir yakin dialah belahan jiwanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buku ketiga ini lumayan sulit untukku, bukan karena ceritanya yang tidak menarik tapi lebih karena keputusan yang diambil Jeremiah dan Belly bisa dibilang terlalu gegabah.
Buku ketiga ini dimulai 2 tahun setelah buku kedua. Belly yang
telah memilih Jeremiah kini telah kuliah ditempat yang sama dengan Jeremiah,
mengahabiskan banyak waktu dengannya dan saling mencintai dan berbahagia. Hingga
pada pesta akhir semester, Belly mengetahui bahwa Jeremiah pernah mengkhianatinya.
Setelah pertengkaran hebat dan sikap diam Belly terhadap semua permintaan maaf Jeremiah,
Belly memberikan kesempatan pada Jeremiah untuk menjelaskan apa yang terjadi. Namun
tanpa di duga Jeremiah berlutut melamar Belly. Dengan pertimbangan bahwa mereka
salaing mencintai dan mereka sudah mengenal satu sama lain seumur hidup mereka,
Belly menerima lamaran Jeremiah. Tidak hanya bertunangan tapi mereka langsung
memutuskan untuk menikah pada akhir musim panas.
Gilaaaaaa…… itu yang kupikirkan, sungguh keputusan gilaaaa. Sepanjang
membaca buku ketiga ini aku terus berharap agar Conrad mengagalkan rencana
pernikahan mereka, ini kesempatan terakhirmu Conrad!!!!
Jeremiah mengumumkan pertunangannya dengan Belly dan rencana
pernikahanya di depan ayahnya, Conrad –yang selama ini tinggal di California
selama 2 tahun, Steven, dan Laurel setelah acara peresmian taman bunga Susannah
di rumah penampungan, tempat Susannah sering melakukan kegiatan sosialnya. Pada
intinya tidak ada yang setuju dengan keputusan gila Belly dan Jeremiah. Terutama
ibu Belly, Laurel. Sepanjang musim panas Laurel mendiamkan Belly dan begitupun
sebaliknya, bila saling bicara mereka pasti beralhir dengan adu mulut. Pada akhirnya
Belly kabur dari rumah menuju Cousins karena tidak tahan dengan Laurel. Belly dan Jeremiah yang memang dari awal merencanakan
pernikahan mereka di Cousins, dan dengan kini tinggalnya Belly di sana memang
mempermudahnya untuk mengurus segala persiapan pernikahannya. Sikap
Belly yang keras kepala ini membuatku makin berat membaca.
Ternyata Conrad selama musim panas tinggal di Cousins, tidak hanya
tinggal namun juga menggurus rumah musim panas Cousins. Sedangkan Jeremiah
tidak bisa tinggal karena tetap harus maggang di perusahaan ayahnya dan hanya
bisa ke Cousins pada akhir pekan. Jadilah Belly
harus mempersiapkan pernikahannya serta menjalani hari dengan tinggal serumah
dengan Conrad. Pada awalnya mereka saling menghindari namun mau tak mau
akhirnya mereka saling bicara, berawal dari percakapan basa basi biasa jadi
minta pertolongan ini itu.
Dari bab bab ini dapat
terlihat betapa kesulitanya Belly mempersiapkan pernikahannya. Dalam hati aku
memgutuk, kan makanya jangan buru-buru kawin wkwkwk. Tapi dari situasi ini pula
dapat terlihat sikap dewasa Belly, bagaimana ia telah tumbuh jadi wanita dewasa
yang bertannggung jawab atas keputusannya. Sedangkan beli kerepotan, effort Jeremiah
terasa sangat minim dan terasa ia kurang serius menghadapi masalah pernikahan
dan cenderung menyerahkan segalanya pada Belly. NYEBELIIINN, yang mau kawin kan
elo kenapa yang repot cuma Belly??? Diriku kembali mengutuk 😧.
Di buku ketiga ini terdapat
sudut pandang Conrad yang membuatku kembali mengerti apa yang telah ia hadapi dan
kesulitan yang membuat ia bersikap dingin selama ini.
Buku ini berakhir dengan baik,
dengan manis malah dan dengan sangat emosional karena gagalnya pernikahan
Jeremiah dan Belly, tapi aku nggak mau kasih tau kenapa mereka tidak jadi
menikah hohoho. Dua bab terakhir buku ini menghapus semua kejengkelan ku
sepanjang membaca buku ketiga. syukurlah bisa menutup buku ini dengan perasaan
lega.
Saya memberi nilai buku
ketiga 3,5/5 bintang.
***
Sekian reviewku, terimaksih
sudah membaca.
xoxo, Jecki

Komentar
Posting Komentar