Resensi The Hate U Give - Benci Yang Kau Tanamkan oleh Angie Thomas


The Hate U Give - Benci Yang Kautanam by Angie Thomas
My rating: 5 of 5 stars

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 488
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Mery Riansyah
Penyelaras aksara : Lulu Fitri Rahman
Perancang sampul : IG sukutangan

Starr Carter, gadis kulit hitam berusia enam belas tahun, hidup di antara dua dunia berbeda. Lingkungan kumuh tempatnya lahir lalu tumbuh besar, dan SMA bergengsi di pinggiran kota tempatnya bersekolah. 
Keseimbangan dua dunia yang mati-matian ia jaga itu hancur berantakan ketika Starr menjadi satu-satunya saksi dari tragedi penembakan sahabatnya, Khalil, oleh seorang polisi. Padahal saat itu Khalil tidak bersenjata.
Satu-satunya yang bisa menjawab adalah Starr. Yang akan ia katakan, bukan hanya bisa menghancurkan lingkungannya. Kemungkinan besar, itu bisa membuatnya terbunuh.

Saat review ini di tulis, The Hate U Give sudah 49 minggu ada di NYT Young Adult Hardcover Bestseller. Bukan waktu yang sebentar untuk bertengger di list bergengsi itu.
Selain tema yang di angkat dekat dengan isu yang ada di US sana, gaya tulisan Angie Thomas pun sangat enak di baca. Buku ini menggingatkan saya dengan film Dope (2015), di mana ada tiga orang sahabat tinggal dan bersekolah di wilayah penuh gengster dan pengedar narkoba. Film ini mempermudah saya dalam memahami budaya kulit hitam yang ada pada buku ini, seperti betapa pentingnya penampilan mereka terutama sepatu, budaya musik hip-hop tentunya, serta pemasalahan narkoba dan gengster di lingkungan mereka. 

Buku ini membawa kita untuk melihat berbagai fakta kehidupan lain di US, dan berbagai isu sosial di sana, terutama isu rasial. Tidak hanya di ajak untuk melihat berbagai isu sosial kulit hitam yang sering terjadi di US, tetapi juga di ajak untuk melihat budaya, kebiasaan, serta pandangan-pandangan mereka. Bagaimana pandangan-pandangan mereka terbentuk, dan bagaimana hal itu mempengaruhi cara mereka bersikap. 


Bisa di bilang kasus penembakan seperti yang terjadi pada Khalil, sudah beberapa kali terjadi dan bahkan dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak pandangan mengenai hal tersebut, dan ada banyak cerita pula di baliknya. Buku ini dapat menjadi salah satu media untuk kita memahami sudut pandang di balik peristiwa itu. Meskipun menceritakan tentang seorang gadis kulit hitam dan di tulis pula oleh seorang kulit hitam, buku ini bisa di bilang di ceritakan secara terbuka dan dapat menggambarkan berbagai sisi. Bahkan kadang membaut saya termangut-mangut mengakui kesalahan pahaman saya mengenai mereka. 

Seperti yang ada pada blurb, Starr yang bertempat tinggal di lingkungan kulit hitam, bersekolah di sekolah kulit putih. Setiap kali berada di sekolahnya harus menjadi dirinya yang lain, karena kawatir jika ia berbicara dan bersikap seperti orang-orang di tempat tinggalnya ia akan di pandang aneh dan berbeda oleh teman-temannya. Lucunya saya paham betul perasaan Starr, saya tau betul bagaimana perbedaan sikap dan sifat orang-orang di lingkungan saya bisa sangat berbeda dengan orang-orang tempat saya menuntut pendidikan meskipun jaraknya hanya beberapa kilometer. Namun untungnya itu tidak sampai mengubah apapun dalam diri saya (setidaknya menurut saya sendiri, lol). 

Meskipun tema buku ini terasa berat, tapi humor yang di hadirkan selalu berhasil mencairkan suasana, beberapa kali membuat terpingkal. Dan tentunya ada bagian tegang dan sedih yang cukup menguras air mata.  Angie Thomas berhasil menarasiakan persaan sedih dan ketakutan Starr dengan sangat baik, sehingga dengan mudah membawa saya terbawa. 

Keluarga Starr sangatlah hangat, menyenangkan, dan pastinya lucu. Interaksi mereka begitu nyata dan hubungan mereka sangat kuat dan dekat satu sama lain. Sang Ayah, Big Mav benar-benar menjadi sosok pelindung dan guru kehidupan hebat untuk keluarganya, Sang Ibu adalah sang malikat, yah dia bisa jadi malaikat apapun, apapun (mengertikan, khas ibu-ibu). Dan kakak dan adik Starr mereka favoritku sekali. Secara garis besar menurut saya, karakter-karakter dalam buku ini cukup kuat dan konsisiten, tapi meskipun manis tetap saja saya kurang klik dengan Chris pacar Starr.

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk di baca, kita bisa membuka lebih lebar pandanga kita akan suatu kejadian, dan juga mengajak kita secara perlahan membuka mata kita mengenai sekitar kita. Apakah kita sudah memahami suatu kejadian dengan baik sebelum kita berprasangaka? Apakah kita sudah memahamai lingkungan kita, sebelum kita menganggapnya sebagai lingkungan yang buruk atau kita hanya berprasangka? 

Membaca buku ini memberikan pengalaman seperti sedang menonton film indie, kau akan mudah terbawa, akan ikut merasakananya, tapi jangan kawatir dengan akhir dari cerita, semuanya akan baik-baik saja.

Dari segi terjemahan, buku ini sangat enak di baca, terpujilah sang penerjemah Barokah Ruziati, sang penyunting Mery Riansyah, sang penyelaras aksara Lulu Fitri Rahman, dan tak lupa sampul yang cantik dari @sukutangan , Terima Kasih . Dan tentunya terima kasih Gramedia Pustaka Utama yang lumayan gerak cepat sekali untuk menerbitkan buku ini. Yang kusayangkan cuma satu, kenapa jenis kertasnya tidak selemas kertas All The Bright Place, hehehe.

Sekian resensi saya, terima kasih sudah membaca.

XOXO
Jecki, 💋

Komentar