January - March 2018 Wrap Up! 12 Books


Hallo semuanya.
Kali ini aku mau sok-sokan bikin 'wrap up' buku-buku apa aja yang udah aku baca ala-ala para booktuber hehe. Kalo para booktuber bikin wrap up perbulan, sepertinya aku nggak serajin dan baca buku sebanyak mereka tentunya 😂. Jadi, aku satuin buku-buku apa aja yang udah aku baca dari bulan Januari sampai Maret tahun ini. Jadi total ada 12 buku yang aku baca sepanjang 3 bulan ini. Aku cukup bangga sih, karena tahun lalu buat mencapai goodreads reading challange yang cuma 15 buku aja aku kewalahan. Salah satu yang ngebantu banget buat baca lebih banyak buku dari tahun sebelumaya yaitu dengan audiobook. Karena bisa di sambi, lol. Walaupun pada akhirnya sambil baca bukunya juga, audiobook tetap bantu banget buat baca lebih banyak dan lebih fokus.

Wrap up ku ini sebenernya cuma kumpulan review yang aku copas dari goodreads ku yang kusatuin dalam postingan ini. Review ku di goodreads biasanya lebih spontan karena jarak baca dan nulis review cukup sebentar. Dan karena spontan juga biasanya juga nggak pake banyak mikir nulisnya, bisa di artikan sebagai apa adanya dan juga brantakan hehe. 

Oke langsung aja ke review masing-masing buku:

    My rating: 4 of 5 stars

Always and Forever, Lara Jean (To All the Boys I've Loved Before, #3)Penutup yang manis untuk Lara Jean dan Peter K. Buku kedua akan selalu jadi buku favoritku, karena konflik yang lebih kuat. Namun, dalam buku ketiga ini Jenny Han lebih memberikan ketegangan kecil namun menyebar dalam keseluruhan cerita. Kisah khas dari tahun senior dan kekhawatiran akan masa depan Lara Jean dan Peter dan tentunya tentang kelangsungan hubungan mereka ketika kuliah nanti. Dalam buku ketiga ini juga membawa kenangan dalam buku-buku sebelumnya yang memperkuat cerita.

Satu hal yang paling aku suka dalam buku ini adalah perkembangan dari Lara Jean dan akhirnya menemukan jalan keluar terbaik versinya. Jenny Han juga berhasil mengambarkan bagaimana perasaan stress yang di alami Lara Jean dengan terasa begitu dekat dan nyata. Buku ketiga ini mengingatkanku pada buku Jenny Han yang lain yaitu We'll Always Have Summer, karena sama-sama memiliki pernikahan dan masalah tentang kuliah didalamnya.

Bagaimanpun aku akan merindukan kisah manis antara Lara Jean dan Peter K, dan kesayanganku John Ambrose Mcclaren tentunya 😉. 


    My rating: 5 of 5 stars

One of Us Is Lying - Satu PembohongUntuk sebuah debut, Keren M. McManus sangat berhasil memuatku menikamati tema thriller dalam genre YA. Seperti pada blurb, feel The Breakfast Club dan Pretty Little Liar sangat terasa di sini.
Dengan sudut pandang ke empat tokoh yang menjadi tersangka, kita di ajak untuk mendalami tiap karakter mereka. Mencari tau rahasia tiap tersangka dan mencari motif yang cukup kuat untuk di jadikan alasan membunuh Simon.

3 bagian, tiga tahap keseruan dan makin terasa dekat dengan keempat tersangka ini. Makin simpati dengan mereka, dan memunculkan berbagai teori tentang pembunuh yang sebenarnya.Sekalipun sudah melihat pola, Karen berhasil membuatku berdecak kagum dengan pengembangan cerita di setiap karakter, berkembang tapi tidak bertele-tele hingga tetap berkisah dalam jalurnya. Terselip romance manis, kejujuran pada diri sendiri, dan toxic relationship diantara ketegangan utama dari penanganan kasus pembunuhan Simon. Menambahkan keseruan cerita.

Favoritku Nate sang kriminal yang manis dan Bronwyn si jenius berhati malaikat yang pantang menyerah mengungkap kebenaran. Pengembangan karakter Addy sangat menggugah hati, begitu juga Cooper. Sulit sebenarnya untuk memilih satu favorit dari mereka ke empat, apalagi merelakan satu dari mereka menjadi pembunuh Simon.

Latar belakang kematian Simon sebenarnya merupakan isu sensitif terutama dari negara asal buku ini.

Aku suka sekali 😭, akan menantikan buku lain dari Karen M. McManus. ❤


Call Me by Your NameLater...


Di narasikan oleh sang pemeran Oliver di dalam filmnya, audiobook ini begitu merdu. Agak aneh di awal karena terasa seperti Oliver membaca diary Elio, tapi lama-kelamaan terdengar merdu dan sangat mengalir.

Buku ini begitu menawan, sangat indah, intens dan dalam. Melalui sudut pandang Elio, bisa terlihat bagaimana perasaan Elio terhadap Oliver dari awal. Interaksi mereka, sinyal-sinyal mereka, dan kedekatan mereka.

Begitu manis dan indah dan terkadang lucu. Hingga harus lah ada perpisahan diantara mereka setelah kebersamaan selama musim panas dan perjalanan manis di Roma. Perpisahan yang memilukan terjadi di hari Natal. Dalam film Elio mendapatkan telepon dari Oliver, di sini Oliver kembali ke kediaman Elio. Namun, membawa kabar yang sama, dengan cara yang menurutku lebih menyakitkan.

Cerita tidak berhenti di malam Natal seperti di film, cerita ini berlanjut setelah itu. Bahkan setelah 15 tahun hingga di akhiri dengan 20 tahun setelah musim panas pertemuan pertama mereka. Elio 37 oliver 44 dan Aku gila.

Kadang aku merasa Oliver begitu egois, meninggalkan Elio dengan kenangan summer love mereka. Kenapa tidak hancurkan saja Elio sekalian agar ia hancur sesaat dan menikmati hidupnya kemudian. Elio masih membawa summer love mereka selama 20 tahun, ia tersiksa dalam kesetiaan dan penantian. Aku tersayat-sayat pada akhir buku, sungguh pilu. *Aduhlebai

Adaptasi film dari buku ini sudah sangat baik, berhenti di titik yang tepat. Ada beberapa perbedaan itu pasti, tapi tetap indah dan baik. Timothee dan Armie pun sangat menawan.
View all my reviews

4The Hate U Give - Benci Yang Kautanam by Angie Thomas
My rating: 5 of 5 stars
Untuk buku ini aku sudah posting review di sini, jadi yuk di cek.

The Little PrinceCerita anak klasik yang indah, penuh pembelajaran dan makna. Tapi aku juga merasakan buku ini penuh kesedihan, terasa biru, dan sedikit terasa depresif. Entah mungkin hanya perasaanku saja.




Aristotle and Dante Discover the Secrets of the UniverseAku sendiri tidak tahu buku ini ternyata hype banget di 2014, padahal sempet liat beberapa kali di Instagram.

Suara Lin-Manuel Miranda mengalun dengan indahnya di telinga, selain itu suaranya begitu jelas dan sangat mudah di mengerti. Tapi akhirnya aku tetap membaca ebook buku ini agar lebih mengerti, (bahasa Inggris ku kan masih payah sekali). Mendengar dan membaca tanpa tau banyak mengenai plot atau latar belakang buku ini, ternyata aku dengan mudah di bawa dalam banyak perasaan di dalamnya.

Aku merasa Benjamin Alire Sáenz mencurahkan begitu banyak perhatian, kasih sayang dan perasaan pada penciptaan Ari dan Dante. Aku merasa karakter mereka begitu penuh. Dalam arti yang baik. Selain itu, kata-kata dalam buku ini terasa sangat puitis, indah.

Cerita buku ini tidak sesederhana pada blurb, ini jauh lebih besar dan dalam. Bisa di bilang tanpa plot, buku ini berjalan dengan begitu indahnya. Bercerita tentang kisah musim panas, tepatnya dua musim panas. Tentang dua orang anak laki-laki yang bertemu dan kemudian berteman baik.

Di ceritakan dalam perspektif Aristotle atau Ari, aku jadi sangat peduli padanya, sangat mengkhawatirkannya, takut apabila sesuatu terjadi padanya. Ari dia begitu dalam tapi selalu menahan segala perasaannya hanya pada diri sendiri. Meskipun banyak sikapnya yang menunjukkan perasaannya, ia tetap menyimpan keterbukaan perasaannya di dalam hanya untuk dirinya sendiri, hingga ia terasa sangat berat. Ini membuatku selalu mengkhawatirkannya.

Dan berbeda dengan Ari yang membuatku sangat melankolis, Dante membuatku penuh harap, membawa begitu banyak tawa, dan menjadikan cerita ini mengalir dalam keseimbangan dua sisi. Aku sayang mereka berdua, sangat sangat sangat sayang.

Tapi ini bukan hanya tentang Ari dan dan Dante, ini juga tentang orang tua mereka. Inilah salah satu yang membedakan buku ini dengan buku YA lainnya, karakter orang tua di sini memiliki dialog, dan development yang bisa di bilang hampir sama besarnya dengan karakter utama. Berharap orang tua ku se suportif mereka pasti mustahil, jadi aku berharap aku bisa menjadi orang tua se suportif mereka.

Ini tentang cerita musim panas yang indah. Bagaimana kita mengahadapi segala kekhawatiran dalam diri kita, tentang kejujuran dan keterbukaan pada diri kita sendiri dan orang orang penting di sekitar kita. Dan sebaliknya bagaimana kita menghadapi keterbukaan dan jujuran mereka.
View all my reviews



The Gentleman's Guide to Vice and Virtue (Guide, #1)
It's really entertaining book. Funny, lovely, sometimes make me want to punch Monty, but every time he talks about Percy i want to hug him.

[Alasan review buku ini pendek adalah: belum bisa move on dari Ari dan Dante, tapi over all cerita Monty dan Percy sangat menarik dan manis, di tambah adik Monty, Felicity yang sangat mengimbangi kisah mereka berdua.]
View all my reviews


I'll Give You the Sun
Kan Ku Berikan Sang Mentari Padamu.

Di ceritakan melalui 2 sudut pandang sepasang anak kembar namun berbeda lini waktu. Noah sang kembar lelaki bercerita ketika mereka berusia 13-14 tahun, sedangkan kembar perempuannya Jude, bercerita ketika mereka berusia 16 tahun. Dua cara penceritaan ini membangun cerita masing-masing yang kemudian dengan berjalannya cerita, makin banyak poin yang menghubungkan keduanya. Membuat bertanya-tanya sekaligus menebak-nebak antara kisah.

Noah 13 tahun terasa menyenangkan meskipun dengan kesendiriannya. Ia sang seniman luat biasa, Picasso yang selalu di eluh-eluhkan sang ibu. Sedangkan Jude 13 tahun, meskipun ia penuh seni juga, kurangnya apresiasi dari sang ibu membuatnya melakukan pemberontakan sikap dan menjadi gadis 13 tahun yang genit. Kisah dari Noah penuh warna, lucu, manis, dan breathtaking.

Noah dan Jude 16 tahun, dua tahun setelah kematian sang ibu mereka seperti bertukar kepribadian. Noah jadi liar, Jude jadi kelabu. Kisah Jude kelabu, sedih, dan membuatku menghawatirkan semua orang.

Satu catatan yang ku tulis di buku catatanku tentang buku ini "Ketika melihat kebahagiaan pada cerita Noah, aku tak tau bagaimana harus menyikapinya? Aku ingin ikut bahagia, tapi aku sudah tau bahwa kebahagiaan itu hanya sesaat. Karena Jude telah menceritakan kesedihan yang kemudian terjadi walau hanya dalam satu kalimat".

Kisah romantis Noah begitu manis, ia dan Brian begitu imut (Yah, Noah gay. Itu bagian dari rahasianya). Kisah romantis Jude seperti kisah romantis YA lainnya, tapi tetap manis, meskipun kadang sedikit creepy.

Secara garis besar cerita, lumayan mudah di prediksi. Tapi cara penulisan buku ini cukup puitis. Tidak terlalu, tapi cukup, aku suka.

Satu hal yang cukup mengecewakan ku adalah betapa mudahnya sang ayah menerima kenyataan, hanya karena semuanya akhirnya "make sense". Aku ingin reaksi lebih, karena sekalipun "make sense dan aku bisa melihat desire" aku tidak dengan mudah menerima kejadian itu. Aku ingin reaksi lebih, atau waktu lebih lama. Tapi tidak apa-apa karena pada akhirnya semuanya baik-baik saja. Jangan kawatir semuanya baik-baik saja.
View all my reviews 

    My rating: 3 of 5 stars
Lola and the Boy Next Door (Anna and the French Kiss, #2)
Setelah kurang lebih 3 tahun baca buku pertamanya, akhirnya aku lanjut ke buku ke dua dari series ini. Seperti judulnya, buku ini bercerita tentang Lola. Lola sendiri merupakan teman kerja Anna di bioskop, masih ada cerita yang mengaitkan dengan Anna dan St. Claire. Cerita Lola terasa ringan, cocok untuk di baca setelah buku-buku berat atau yang melibatkan banyak perasaan.

Stephanie Perkins sepertinya masih suka menggambar sosok pacar idaman, yang baik nan tampan, dan manis. Dan kali ini tinggi. Kisahnya sendiri masih sangat terasa Anna and the French Kiss vibe, yang di tambahkan kisah cinta pertama. Yah, buku ini masih bercerita tentang cinta segitiga.

Kisah buku ini sendiri bercerita tentang Lola Nolan, seorang gadis berusia 17 tahun yang di besarkan oleh kedua ayahnya yang super protektif. Lola sudah bertetangga dan jatuh hati dengan Cricket Bell sedari kecil. Namun kisah mereka tidak berjalan dengan mudah. Keluarga Cricket seing berpergian dan berpindah tempat tinggal demi karir Ice Skiting sang kembaran Calliope. Tidak hanya itu Calliope memiliki rasa cemburu berlebih pada Lola. Kisah Lola dan Cricket dimulai kembali ketika, setelah kurang lebih dua tahun Cricket dan keluarganya kembali ke rumah lama mereka di samping rumah Lola. Cricket yang pertama mencoba kembali berhubungan baik dengan Lola, namun Lola enggan menggapi Cricket karena masih tersakiti dengan kisah di malam musim panas sebelum keluarga Bell pindah. Usaha Cricket pun harus terhenti ketika ia tau bahwa Lola telah memilki kekasih.

Buku ini memang sangat mengingatkanku dengan kisah Anna dan St. Clair, jadi ketika membaca ini aku cukup memiliki kekawatiran yang sama, apakah buku ini akan memiliki kisah yang serupa? Apalagi setelah menonoton salah satu review booktuber asal Australia yang membuka pandangan lain mengenai Anna and the French Kiss. Dan sayangnya aku sudah terlalu lama jarak baca buku pertama dan kedua, dan aku malas membuka buku pertama kembali, jadi yah baca aja, nggak usah banding-membanding terlalu mendetail.

Secara garis besar buku ini manis dan lucu. Aku sering terkekeh dengan kisah Lola, namun juga kadang terbawa dalam kejengkelan sekaligus kekhawatiran atas keputusan-keputusan Lola. Aku tidak suka dengan cara Lola memperlakukan kedua ayahnya, mereka memang begitu protektif, tapi seakan Lola tidak bisa melihat betapa sayangnya mereka dan manisnya mereka terhadap Lola.

Untuk gaya tulisan, buku ini cukup bagus dan membuatku enggan untuk berhenti membacanya. Aku juga suka karakter-karakter di luar Lola, seperti Cricket yang melankolis namun juga tegas, kedua Ayah Lola yang selalu ada untuk Lola, Anna dan St. Clair juga masih menarik dan loveable baik sebagai pasangan maupun individu. Sedangkan Max, dia karismatik, tapi menyebalkan.
View all my reviews


10. Geekerella by Ashley Poston
      My rating: 5 of 5 stars
Geekerella
4,5 Bintang di bulatkan jadi 5.
Sebuah retelling dari kisah Cinderella, yang di kemas dalam nuansa modern kisah romantis manis. Penuh dengan nuansa Geeky, fangirling, dan fandom.

Terdiri dari 2 POV, Elle dan Darien, di bagi dengan porsi yang pas, di narasikan dengan baik, dan di kisahkan dengan manis. Ashley Poston berhasil membuatku enggan untuk berhenti membaca kisah mereka. Dengan mudah aku terhubung dengan kisah Elle sebagai Fangirl. Marah ketika Casting reboot/adaptasi dari kisah kesayangan yang tidak sesuai dengan harapan ituuu pernah banget -halah malah curhat-. Tapi memang untuk fans apapun itu, pasti sangat relatable dengan Elle, atau bahkan dengan Darien dalam soal fans-girl/boy-ing. Retelling ini sangat mengingatkanku dengan retelling Cinderella lainnya darie Disney, A Cinderella Story (2004) yang di bintangi Hillary Duff.

Kisah dari Elle, sangat sealur dengan cerita Cinderella. Lengkap dengan ibu tiri dan dua saudara tiri yang kejam, gaun indah, dan sepatu kaca. Kereta labu di sini, di gantikan dengan sebuah Food truck "The Magic Pumpkin", dan tetap ada acara pesta dansa, tapi dalam acara ExcelsiCon -semacam comic con-. Dan tentunya ada Fairy Godmother, di sini Sage sahabat Elle benar-benar ibu peri baik hati terbaik, dia terbaik. Sedangkan Prince charming sendiri di gantikan oleh sang bintang Hollywood yang sangat di benci Elle, Darien Freeman. Elle membencinya karena dia menganggap Darien tidak pantas memerankan karakter favorit Elle dari reboot Starfield -semacam star trek dan star war-.

Secara garis besar buku ini, sangat lucu, manis, tapi tidak terlalu manis juga, cukup menegangkan, dan penuh suasana geeky yang tentunya membuatku senyum-senyum dan manggut-mnaggut, karena dengan mudah masuk kedalamnya. Beberapa bagian membuatku emosial. Meskipun plotnya sudah sangat familer, tapi tetap saja ada saja kejutan dan pengembangan yang tak terduga. Gaya tulisan Ashley Poston ringan namun ngena banget, mengalun dengan mulus dan cukup indah.

*maafken riviewnya nggak jelas, lupa taruk notes di mana pas baca, berakibat lupa mau review bagian apa -.-

     My rating: 4 of 5 stars

Autoboyography

"Your face makes sense to me. Sometimes i get the wierd feeling that i wouldn't be enough for you. I love You; but only a little."
Seperti pada kovernya Autoboyography menceritkan tentang dua anak muda, anak muda yang sedang berjuang dengan perasaan mereka masing-masing. Sebagian besar di ceritakan melalui sudut pandang Tanner sang tokoh utama.

Tiga tahun yang lalu Tanner Scott’s dan keluarganya pindah dari California ke Utah. Sebagai remaja bisexual yang awalnya tinggal di negara bagian yang cukup terbuka dengan orientasi seksualnya, dan kemudian pindah ke daerah dengan mayoritas penganut Mormon yang cukup kuat membuat tantangan tersendiri baginya. Tanner yang saat ini merupakan siswa senior di Provo High, di tantang sang sahabat 'Autumn' untuk mengambil kredit di kelas seminar penulisan novel. Tanner yang awalnya tidak berminat malah jatuh hati dengan mentor kelas tersebut 'Sebastian Brother', penulis muda yang baru saja memulai debutnya.

Pertama-tama, writing style dari dua author ini sungguh enak dan mudah di baca. Sangat mudah untuk terbawa dalam perasaan Tanner. Hal ini mungkin di dukung pula oleh latar belakang buku ini yang bercerita tentang, bagaimana Agama menjadi tantangan tersendiri dalam hal menjadi diri sendiri. Terasa sangat familiar.

Untuk Tanner yang keluarganya sangat suportif dan, juga bukan penganut Mormon, menjadi bagian LGBT buakan menjadi masalah, tapi jadi masalah untuk Sebastian yang keluarganya sangatlah religius.

Membaca buku ini aku di bawa gemas pada Tanner yang menurutku terlalu terbuka dengan Sebastian, dan lebih gemas lagi pada Sebastian yang serba ragu-ragu dengan tindakanya. Namun bagaimanapun aku bisa mengerti perasaan Sebastian, segala pengetahuan yang di wariskan dan di tanamkan padanya, bahkan yang sangat ia percayai, kini menjadi bertentangan dengan arah hatinya. Pasti sangatlah sulit, bila harus mengkhiyanati salah satu dari apa yang ia percaya dan apa yang ia rasa.

Aku suka tiap bentuk narasi Tanner tentang perasaannya terhadap Sebastian, manis, indah, terkadang blak-blakan, terkadang puitis.

Tanner pada akhir-akhir Bab adalah favoritku, caranya mengahadapi segala yang menimpanya sangatlah dewasa, di butuhkan keberanian yang sangatlah besar untuk sampai pada tahap itu.
View all my reviews

      My rating: 4 of 5 stars
Annihilation - Pemusnahan
Sengaja baca sebelum nonton filmnya. Meskipun sang sutradara bilang ia hanya membaca buku ini sekali dan berkeinginan mentrasfer pengalaman -perasaan- saat membaca buku ini, dan memang nggak berkeinginan buat adaptasi yang semirip mungkin. Jadi sebenarnya nggak baca bukunya sebelum nonton filmnya juga nggak masalah, sih.

Tapi setelah nonton filmnya, malah ngerasa tambah suka sama bukunya. Karena ngerasa punya kedekatan lebih dengan sang biologis, dan merasa filmnya bisa mentrasfer Area X dengan baik. Cuma berharap seandainya menara dalam film sedalam menara dalam buku. Tapi secara keselurhan keduanya punya sensasinya masing-masing.

Penasaran banget sama kelanjutan buku ini, dan penasaran apa sebenarnya Area X itu, maksud dan tujuannya apa? Semoga GPU segera nerjemahin buku kedua dan ketiganya .


Nahh.... itu semua buku-buku yang aku baca selama 3 bulan terakhir dan sedikit reviewnya. dan apabila ada yang membaca semuanya secara keseluruhan aku bangga pada kalian huhuhu 😅, kalian luar biasa 😇.

Jadi buku apa saja yang sudah kalian baca tahun ini? berapa banyak buku yang kalian targetkan untuk di selesaikan sepanjang tahun ini? berapapun kurasa tak masalah, berapapun jumlahnya yang penting kita menikmati dan bisa memaknainya. 

Dan sampai jumpa di postingan selanjutnya, dan wrap up lainnya, tiga bulan mendatang mungkin. 😁




XOXO
Jecki 💋

Komentar